JAKARTA: Kementerian Pekerjaan Umum akhirnya memilih rute yang diusulkan oleh konsorsium BUMN pelaksana pembangunan jalan tol Tanjung Benoa-Serangan yaitu jembatan dengan panjang 11,5 kilometer yang dibangun agak ke tengah melintasi Selat Benoa dan Selat Badung.
Wakil Menteri PU Hermanto Dardak mengatakan pembangunan konstruksinya yang menjauhi bangunan bandara dan pelabuhan ini dinilai lebih prospektif karena nilai investasinya sebesar Rp1,3 triliun, relatif lebih murah dibandingkan dengan tiga rute yang sebelumnya diusulkan oleh pemerintah.
“Alternatif ke empat ini dinilai lebih prospektif karena kontruksinya lebih murah dan lebih mudah dioperasionalkan, tetapi memang masih perlu studi amdalnya, kalau dari pantauan kami rute ini justru lebih aman dan tidak merusak hutan mangrove yang berada di pesisir pantai itu,” katanya, hari ini.
Sementara itu, PT Jasa Marga Tbk bakal memiliki porsi terbesar dalam proyek tersebut mengingat kontribusi investasinya yang lebih dari 50%. Pembangunan jalan tol yang akan menjadi akses masuk ke pelabuhan Tanjung Benoa ini dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari 4 BUMN yaitu Jasa Marga, PT Pelindo III, PT Angkasa Pura I dan Bali Tourism Development Centre (BTCD).
Direktur Utama Jasa Marga Frans Satyaki Sunito mengatakan untuk kepastian share saham dalam proyek tersebut masih dibicarakan dengan ke tiga BUMN tersebut terkait peranan masing-masing perusahaan dalam penggarapan proyek infrastruktur itu.
Dia menambahkan pihaknya tengah melakukan studi kelayakan terhadap proyek tersebut yang rendananya pada Maret mendatang akan diserahkan kepada pemerintah (Kementerian BUMN dan Menko Perekonomian) untuk mendapat persetujuan pelaksanaan pembangunan konstruksinya.
“Jasa Marga memiliki peran terbesar karena yang membangun jalan sementara Pelindo, Angkasa Pura dan BTCD sebagai pihak yang dilalui jalan tersebut yang tentunya akan melibatkan aset-aset mereka,” katanya. (gak)