SURABAYA: Selain Pelabuhan Tanjung Priok, kepadatan arus peti kemas atau kongesti juga mengancam Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Pasalnya, tingkat kepadatan lapangan penumpukan di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) sudah mencapai 97%.
Lahan penimbunan peti kemas impor TPS yang terpakai saat ini mencapai 11.300 TEUs (twenty-foot equivalent units) dari total kapasitas terpasang 11.636 TEUs.
Kondisi ini membuat TPS segera merelokasi tempat penumpukan peti kemas impor ke lapangan lain atau overbrengen, terutama bagi peti kemas yang masa penimbunannya di atas 10 hari.
Manajemen TPS juga telah mengeluarkan surat edaran mengenai pengalihan lokasi penimbunan pada 22 September, bila penumpukan peti kemas impor tidak menyusut.
Anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III itu menetapkan PT Indra Jaya Swastika sebagai depo yang menjadi lokasi pengalihan peti kemas impor dari TPS.
Direktur Utama PT TPS Adji Pamungkas mengatakan kongesti akan terjadi apabila lonjakan volume impor dan proses pengambilan peti kemas impor oleh pemiliknya tidak dipercepat.
“Kepadatan lapangan penimbunan TPS telah mencapai 97% atau sebesar 11.300 TEUs dari kapasitas, padahal batas ambang normal yang diperbolehkan sebesar 85%.
Untuk itu, mulai awal pekan depan [22 September], bila tidak ada penurunan, akan ada program pengalihan,” kata Adji kepada Bisnis, kemarin.
Selain akibat lonjakan volume impor, ujarnya, penumpukan peti kemas itu juga terkait dengan perubahan proses dwelling time container import dari sekitar lima hari menjadi 8-10 hari.
“Arus peti kemas internasional meningkat dari 78.153 TEUs per bulan pada 2006 menjadi 79.571 TEUs per bulan pada 2007. Per Agustus 2008, rata-rata per bulan sudah mencapai 84.869 TEUs. Khusus untuk arus impor, YOR-nya mencapai 85%,” paparnya.
Kondisi Tanjung Emas
Manajemen Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) menjamin tidak akan terjadi kongesti di Pelabuhan Tanjung Emas selama masa Lebaran.
General Manager TPKS Udaranto mengatakan kelancaran arus bongkar muat peti kemas ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Emas dijamin lancar, karena terminal itu telah memiliki peralatan lengkap untuk melayani bongkar-muat peti kemas.
Selain itu, lanjutnya, pelayanan TPKS pada masa Lebaran hanya menghentikan kegiatan selama dua hari, yakni pada 1 dan 2 September, dan areal penumpukan peti kemas yang disediakan dinilai mencukupi.
“Pada masa Lebaran, kegiatan justru cenderung menyusut, baik kegiatan bongkar maupun muat peti kemas, karena sebagian besar pabrik juga menurunkan produksi saat hari besar itu,” ujarnya.
Dia memproyeksikan arus bongkar muat peti kemas selama masa Lebaran tetap stabil pada posisi 18.000 TEUs-20.000 TEUs per bulan.
Proyeksi itu didasari pada realisasi bongkar muat kontainer memasuki pekan ketiga bulan puasa yang tercatat 11.000 TEUs. (k21/k43/ Rachmat Sujianto/BI/Hum@s/dan)