JAKARTA: Arus peti kemas melalui Terminal Peti Kemas (TPK) Koja Pelabuhan Tanjung Priok anjlok 30% pada Januari-Februari, seiring dengan penurunan arus ekspor impor melalui pelabuhan terbesar di Indonesia itu.
Data produksi TPK Koja menyebutkan selama periode tersebut arus peti kemas di terminal itu mencapai 77.190 TEUs (49.787 boks) yang diangkut dengan 69 kapal, berasal dari kegiatan bongkar 40.813 TEUs (26.125 bok) dan muat 36.377 TEUs (23.662 bok).
Volume arus bongkar muat peti kemas tersebut turun sekitar 30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 107.696 TEUs (72.945 bok) dengan perincian bongkar 58.400 TEUs (39.074 bok) dan muat 49.296 TEUs (33.241 bok).
Hambar Wiyadi, Kepala Humas Pelabuhan Tanjung Priok, mengatakan kecenderungan penurunan arus peti kemas terjadi hampir di semua terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, termasuk di Jakarta International Container Terminal (JICT), Multi Terminal Indonesia (MTI), dan Mustika Alam Lestari (MAL).
“Sejak awal tahun, rata-rata penurunan di setiap terminal mencapai 30%-40%. Ini akibat kondisi perdagangan internasional yang belum normal karena pengaruh krisis ekonomi global,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Adapun arus peti kemas melalui MTI selama Januari-Februari tahun ini 23.222 TEUs yang berasal dari bongkar 9.441 TEUs dan muat 13.781 TEUs.
Sementara itu, peti kemas yang melalui MAL tercatat 37.807 TEUs dengan perincian bongkar 16.901 TEUs dan muat 20.906 TEUs.
Dia mengatakan meskipun terjadi penurunan volume peti kemas seperti saat ini, manajemen Pelabuhan Priok tetap melanjutkan pengembangan infrastruktur pelabuhan seperti penguatan dermaga dan peningkatan kapasitas jalan di dalam pelabuhan.
“Memang sekarang ini banyak dermaga dan lapangan kosong. Namun, kondisi ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan pengembangan fasilitas tersebut karena tidak terlalu mengganggu aktivitas jasa kepelabuhanan,” ujarnya.
Minta dipercepat
Widijanto, Ketua Bidang Kepabeanan DPW Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Seluruh Indonesia (Gafeksi), menginginkan percepatan pembangunan dan peninggian jalan di areal pelabuhan yang sedang dikerjakan.
Pasalnya, kata Widijanto, sejumlah ruas jalan di dalam pelabuhan kini bergelombang akibat belum rampungnya pekerjaan pembangunan jalan tersebut. Akibatnya, setiap hari terjadi antrean truk pengangkut peti kemas dan kargo yang hendak keluar masuk dermaga.
“Pada sore hari apalagi menjelang closing time, antrean truk yang masuk dan keluar dermaga semakin parah sehingga berdampak pada keterlambatan distribusi kargo dari dan ke pelabuhan tersebut. Kami berharap jadwal perbaikan jalan di pelabuhan bisa dipercepat,” ungkapnya.
Menggunakan dana internal, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Tanjung Priok kini menggarap proyek peningkatan kapasitas jalan di dalam Pelabuhan Priok yang dicanangkan dalam program Port Inner Road Improvement.
Proyek tersebut dikerjakan selama 11 bulan sejak November 2008 dan ditargetkan rampung pada Oktober 2009.
Penguatan dan pelebaran jalan di dalam pelabuhan sepanjang 3,975 km dengan konstruksi beton setebal 30 cm itu diharapkan terkoneksi langsung dengan akses jalan tol dalam kota atau Jakarta Outer Ring Road (JORR).(dan)