JAKARTA: PT Jakarta International Container Terminal (JICT) mengoperasikan kembali Terminal 2 setelah sempat dibekukan izin pengelolaannya oleh Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok karena tidak melengkapi fasilitas pemeriksaan fisik peti kemas atau behandle.
Direktur Operasi JICT Wisno Pranoto mengatakan Terminal 2 kini dilengkapi fasilitas behandle dan telah diizinkan kembali oleh Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Priok untuk melayani penyandaran kapal dan bongkar muat peti kemas ekspor impor.
“Terminal 2 sudah bisa beroperasi lagi, kami juga sudah melengkapi persyaratan untuk menyiapkan lokasi behandle. Kalau hingga saat ini terlihat tidak ada kunjungan kapal di terminal, itu karena arus kapal sedang turun hingga 20%,” ujarnya kepada Bisnis di sela-sela Rapat Anggota Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) DKI Jakarta ke XIV, Rabu.
Dia mengungkapkan pihaknya juga sedang menyiapkan fasilitas behandle di lokasi lapangan penumpukan Terminal 1 JICT guna memenuhi persyaratan dari Dirjen Bea dan Cukai. Selama ini, kata Wisno, kegiatan behandle peti kemas dari Terminal 1 dikerjasamakan melalui pemanfaatan lahan di TPS Graha Segara.
Kendati begitu, dia enggan mengomentari saat ditanya soal kemungkinan pemutusan kontrak kerja sama pemanfaatan lahan Graha Segara untuk kegiatan behandle peti kemas dari JICT.
“Kontrak kerja sama itu masih berlangsung sampai saat ini. Tetapi, yang jelas, ke depan kami juga menginginkan pemeriksaan fisik peti kemas bisa dilakukan di lokasi JICT. Untuk itu, semua fasilitas tersebut sedang kami siapkan,” ungkapnya.
Data yang diperoleh Bisnis menyebutkan realisasi arus bongkar muat peti kemas melalui terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok selama Januari-Februari tahun ini turun drastis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di Terminal-1 JICT, arus peti kemas selama 2 bulan pertama tahun ini mencapai 174.965 boks atau turun 15,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 207.785 boks.
Adapun arus peti kemas di Terminal 2 JICT tercatat 4.857 boks atau turun 62,7% dari sebelumnya 13.021 boks, dan di Terminal Peti Kemas (TPK) Koja 54.295 boks atau turun 32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 80.099 boks.
Peningkatan arus peti kemas hanya terjadi di dermaga konvensional Pelabuhan Priok selama Januari-Februari tahun ini yang tercatat 45.208 bok atau naik 27,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 35.387 boks.
Lahan JORR
Sementara itu, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Tanjung Priok telah menyiapkan lahan seluas 18,2 ha bagi proyek pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR) yang bakal terkoneksi dengan ruas jalan di dalam pelabuhan tersebut.
“Saat ini sedang disiapkan untuk membangun flyover Pasoso untuk terhubung dengan JORR tersebut sehingga nantinya jalur ekspor impor bisa langsung terkoneksi. Lahan Pelindo II yang terkena proyek JORR itu mencapai 18,2 ha,” ujar Kepala Humas Pelabuhan Tanjung Priok Hambar Wiyadi dalam siaran pers, kemarin.
Dia mengatakan dengan total arus peti kemas ekspor impor 3,9 juta TEUs per tahun di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini, kemacetan serius di dalam area pelabuhan sering kali terjadi, terutama di perempatan pintu masuk JICT.
“Apabila tidak segera dilakukan pembenahan tata ruang, kemacetan di dalam pelabuhan akan semakin parah,” ujar Hambar.(dan)