PERTENGAHAN Maret lalu, MV Blach Watch merapar di Dermaga Nusantara Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Kunjungan kapal pengangkut turis asing berukuran 205,47 meter tinggi 25,20 meter dengan kemampuan jelajah 20 knot yang mengangkut 807 orang wisatawan dan 350 ABK ini merupakan salah satu dari rencana rangkaian kunjungan 18 kapal wisata ke Jawa Tengah tahun 2008.
“Kami akui, dengan adanya kunjungan kapal yang sekali merapat untuk 10 jam di Tanjung Emas membukukan pendapatan sekitar US $.24.000 ini, dapat merupakan peluang yang cukup berarti. Tetapi tidak berarti dengan demikian Pelabuhan Tanjung Emas lalu boleh berleha-leha. Karena itu kami sedang mempersiapkan konsep untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Emas sebagai hyperport management” ungkap GM Pelabuhan Tanjung Emas Bambang Subekti didalam percakapan dengan Reporter Dermaga di ruang kerjanya.
Apa saja konsepnya ?
Pemanfaatan Lahan
Ketika beberapa waktu lalu GM Tanjung Emas membangun kios penampungan pedagang kaki lima dan asongan di dekat terminal penumpang, timbul kritik yang mengatakan bahwa ia memberi peluang perdagangan di daerah Lini-1. Padahal itu melanggar ketentuan, karena area tersebut harus steril dari kegiatan yang tidak ada kaitan langsung dengan bongkar muat barang dan penumpang.
Menghadapi kritik, Bambang Subekti bergeming dengan alasan: “Menyelesaikan masalah yang terkait dengan kepentingan masyarakat kecil, kadang harus berani menempuh cara inkonvensional. Kalau sekedar menggusur lebih dari seratus pedagang memang mudah, tetapi cara seperti itu sama saja dengan mencari musuh. Kita harus memahami, bahwa hal tersebut merupakan solusi sementara. Sebab itu, ketika memberi penampungan kepada mereka, juga kami sodorkan perjanjian yang intinya berbunyi apabila sewaktu-waktu pelabuhan memerlukan lahan tersebut, mereka harus rela dipindahkan ke tempat lain tanpa ganti rugi”.
Kalaupun mau, Bambang Subekti bisa saja melakukan penggusuran pedagang kaki lima. Sebab ia cukup memiliki pengalaman untuk hal seperti itu, seperti terbukti ketika ia menjabat sebagai Kadin Umum di Banjarmasin dan GM Tanjung Intan. Tetapi ia memilih cara pendekatan etis, karena menyadari bahwa “dibalik punggung” para pedagang tersebut, terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan mulut yang memerlukan makan, tempat berlindung dan bersekolah.
Hyperport Management
Menyusul sukses yang dicap[ai dalam menata pedagang kaki lima, GM Tanjung Emas masih menyimpan obsesi lain yang akan membuat pelabuhan utama di Ibukota Provinsi Jawa Tengah itu menjadi lebih maksimal dalam memberi pelayanan kepada pengguna jasa.
Apa saja rencana yang lama dipendamnya itu ?
Secara singkat, GM Tanjung Emas menjawab: “Hyperport Management !”
Ternyata dibalik kalimat pendek yang diucapkan Bambang Subekti yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Humas Kantor Pusat Pelindo III tersebut, terbentang suatu konsep pelabuhan masa depan. Hal ini terkait hasil kajian yang merekomendasi Pelabuhan Tanjung Emas sebagai salah satu fasilitas yang mempunyai prospek cukup positif untuk dikembangkan.
Acuan yang digunakan oleh tim survei, meliputi:
1. Letak geografis kota Semarang yang berada di titik tengah jarak dari bagian timur dan bagian barat Indonesia;
2. Adanya dukungan lengkap multimode transportasi;
– Transportasi darat: merupakan kota persinggahan angkutan kereta api dari Jakarta ke Surabaya p.p. dan juga dilintasi jalan raya yang menghubungkan Anyer hingga Banyuwangi. Akses ke pedalaman Jateng bagian timur, selatan dan barat cukup lancar dan terbuka 24 jam;
– Trasnsportasi udara: Bandara Ahmad Yani Semarang, mempunyai jalur penerbangan ke Jakarta, Surabaya, Banjarmasin, Kumai dan makassar.
– Transportasi laut: untukangkutan barang dan penumpang, telah memiliki tradisi cukup tua, menghubungkan kota-kota besar di dalam Pulau Jawa maupun Kalimantan dan Sulawesi
3. Pertumbuhan ekonomi Jawa tengah yang berkisar pada level 7,5-12,5%/tahun akan semakin meningkat, manakala jalan tol Solo-Semarang yang saat ini sudah mulai pada tahap pengukuran dan pembebasan tanah segera dapat terealisir.
“Dengan perpindahan angkutan general cargo ke petikemas, pelabuhan harus segera menyiapkan sarana dan prasarana untuk menangkap peluang pelayanan bongkar-muat komoditi lain seperti curah cair dan curah kering” jelas GM Tanjung Emas kepada Reporter Dermaga.
Ring Bewaking
“Langkah awal yang akan kami tempuh adalah melakuikan pembebasan areal pelabuhan yang hanya akan kami manfaatkan khusus untuk kegiatan kepelabuhanan seperti pelayanan kapal serta bongkar muat barang. Untuk kepentingan tersebut, akan diterapkan kawasan ringbewaking di Pelabuhan Tanjung Emas. Caranya antaralain dengan menggeser semua kegiatan yang tak berhubungan langsung dengan tambat labuh dan bongkar muat serta embarkasi penumpang, ke luar wilayah pelabuhan”jelas GM Tanjung Emas.
Lahan yang menjadi pilihan untuk menampung kegiatan non kepelabuhanan adalah di sisi barat dan timur Pos-6 yang berakses langsung dengan Jl. Ronggowarsito dan Jalan Lingkar Utara Semarang. Untuk itu akan dibangun taman pemisah jalur akses keluar masuk pelabuhan yang selama ini sering mengalami kemacetan, serta bangunan serbaguna. Selain berfungsi sebagai terminal penumpang, bangunan tersebut juga akan menjadi semacam mall dan kegiatan bisnis lainnya. Bangunan ini bisa dimanfaatkan untuk pedagang dari berbagai lapisan, mulai dari yang kelas atas, menengah hingga himpunan pedagang kaki lima. Sementara di sisi lain juga akan dibangun gedung perkantoran untuk semua kegiatan Administratip Pelindo III Cabang Tanjung Emas.
Untuk calon penumpang kapal, nantinya harus melakukan check-in lebih dulu di terminal tersebut. Untuk selanjutnya mereka akan diangkut dengan bis shuttle yang disiapkan oleh perusahaan pelayaran sebagai salah satu bentuk pelayanan operator kapal, ke dermaga dimana kapal penumpang bertambat. Guna menutup operasional bis ulang-alik, akan dibebankan kepada tariff tiket penumpang dan pas pelabuhan. Diharapkan, dengan cara tersebut kondisi dermaga serta lingkungan pelabuhan akan menjadi lebih tertib, aman dan bisa meningkatkan efisiensi.
“Masih dalam rangka menerapkan konsep hyperport management, nantinya pelabuhan akan dibangun menjorok ke tengah laut hingga terhindar dari ancaman rob seperti yang selama ini dialami. Untuk kegiatan industri, akan dikembangkan kawasan timur pelabuhan sedangkan untuk petikemas ke arah barat” ungkap Bambang Subekti yang juga menambahkan: “Secara konsep sudah matang. Kesulitan yang nantinya bisa muncul adalah di sector biaya, yang bisa ditempuh dengan mengundang investror yang berminat ikut membangun pelabuhan”.
Menjawab pertanyaan Dermaga mengenai peluang yang bakal diraih Pelabuhan Cabang Tanjung Emas, Bambang Subekti menyebutkan bahwa untuk curah cair, saat ini sudah mulai dimanfaatkjan tangki timbun CPO dan aspal curah, sementara untuk curah kering fihak PT Indocement Tbk segera akan menambah kapasitas pengantongan di instalasi yang sudah ada. Untuk tahun mendatang, Indocement berencana menambah kapasitas produksinya dari 9 juta menjadi 16 juta ton setahun, guna mengisi pasokan semen ke seluruh Jawa Tengah.