suarasurabaya.net| Berdasarkan hasil survey Bathymetri pada muara Kali Lamong dan Kali Sememi pada bulan Maret 2011, didapatkan hasil bahwa muara kali tersebut memang telah terjadi pendangkalan. Pada saat air surut terendah elevasi dasar sungai sudah + 1,2 m LWS (diatas muka air surut terendah) yang disebabkan adanya sedimentasi yang cukup tinggi yang apabila dibiarkan akan semakin kecilnya kapasitas aliran Kali Lamong sehingga berdampak pada kejadian banjir.
Bahkan sempat dihembuskan dugaan dan isu yang spekulatif bahwa proyek PT Pelindo III yaitu pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong yang menjadi penyebab terjadinya banjir di daerah Kali Lamong tersebut. Padahal kata EDI PRIYANTO Humas PT Pelindo III, tidak bisa dihubungkan dan dikaitkan antara luapan air Kali Lamong dengan Pembangunan Terminal Mulitipurpose Teluk Lamong.
EDI PRIYANTO dalam siaran persnya yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (31/03), menyatakan, pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong sebelum dilaksanakan telah melewati perjalanan kajian yang panjang dan mendalam serta telah mendapatkan izin AMDAL. Pembangunan tersebut untuk mengembangkan Pelabuhan Tanjung Perak yang sudah tidak mungkin diperluas pada lahan saat ini, padahal beberapa tahun lagi daya tampungnya sudah akan sampai pada ancaman terjadi stagnasi sehingga perlu dikembangkan dilokasi lain yang tidak terlalu jauh dari lokasi sekarang ini.
Proyek Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong saat ini telah melaksanakan pekerjaan fisik paket A yaitu pekerjaan pembangunan dermaga seluas 500 x 50 meter persegi dengan pelaksana PT Adhi Karya (Persero) tbk. Proyek tersebut telah terealisasi lebih dari 30%, saat ini dalam tahap pemasangan tiang pancang yang tidak menimbulkan buangan apapun ke dalam perairan sehingga tidak akan menambah sedimentasi.
Bahkan lokasi pembangunan cukup jauh dari lokasi Kali Lamong yaitu sekitar 1,5 km, Pembangunan dermaga Terminal Multiporpose Teluk Lamong tepatnya berada di lokasi sebelah dermaga Terminal Petikemas Surabaya.
Berdasarkan kajian konsultan independen dan survey hydrograpi dari ITS, pembangunan dermaga di Terminal Multipurpose Teluk Lamong adalah aman. Apalagi cetak biru pembangunan, direncanakan dermaga akan dibangun menggunakan teknologi ramah lingkungan dan tidak akan mengganggu arus di Selat Madura.
Meluapnya Kali Lamong yang terjadi sejak akhir pekan bulan Maret 2011 mengakibatkan banjir di sebagian wilayah Gresik dan Lamongan (8 kecamatan di Kabupaten Gresik dan 11 kecamatan di Kabupaten Lamongan). Sebelumnya SOEKARWO Gubernur Jawa Timur menuding salah satu penyebab banjir ini adalah adanya pangkalan liar di pintu masuk muara Kali Lamong.
Adanya pangkalan liar itu didapat Gubernur dari laporan M NADJIB Sekdakab Gresik, yang menyatakan pangkalan perahu gelap yang tidak berizin menghambat alur air, sehingga menjadi meluap.
Berdasarkan informasi HARI S Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, , bahwa saat ini kapasitas sungai Lamong rata-rata 270 meter kubik per detik. Sedangkan dari data tahunan, debit sungai mencapai sekitar 400 meter kubik per detik. Berkurangnya kapasitas sungai Lamong ini, karena terjadinya pendangkalan dan pemukiman yang ada di kanan kiri sungai. Pendangkalan ini terjadi karena erosi yang ada di hulu dan gerusan di tebing kanan kiri sungai. Akibatnya, menimbulkan banyak delta di tengah dan hilir sungai Lamong. Apalagi sekarang ini curah hujan juga tinggi. Karena itulah Sungai Lamong selalu meluap.
Memang bukan rahasia umum lagi bahwa kondisi Kali Lamong mengalami kerusakan, penyempitan, dan pendangkalan. Akan menyebabkan luapan dan banjir yang lebih parah apabila di daerah hulu seperti Jombang, Lamongan, dan Mojokerto hujan deras dengan curah tinggi.
Sebelum tahun 1980-an kondisi Kali Lamong masih dalam kondisi normal.
Dengan adanya perkembangan permukiman penduduk serta pabrik industri maka fungsi Kali Lamong menjadi berubah.
TUGAS HUSNI SYARWANTO Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gresik, menyebutkan, di bantaran Kali Lamong yang melintasi Gresik sepanjang 54 kilometer terdapat 1.300 bangunan dan 17 unit industri. Pendangkalan terjadi masif dan besar, dengan tingkat laju sedimentasi setinggi 12 sentimeter per tahun. Pendangkalan kini mencapai lebih 4 meter.
Alur Kali Lamong di Gresik selatan rusak parah seperti di Morowudi, dan Cerme. Pengerukan pada tahun 2008 tidak mampu mencegah luapan air. Sampah domestik dan limbah pabrik juga menyumbang kerusakan Kali Lamong. Aktivitas di perkotaan seperti di Desa Sukorejo, Segoromadu, dan Karangkiring, Kecamatan Kebomas juga merusak fungsi Kali Lamong. Di Sukorejo ada tujuh industri, di Segoromadu dan Karangkiring lima industri.
Tiga aktivitas yang sebenarnya berpotensi membuat sedimentasi Kali Lamong bertambah perah. Pembuangan limbah, perusakan kawasan mangrove di pesisir yang mestinya jadi penahan air, pembangunan pelabuhan mini di hilir/muara Kali Lamong menghambat aliran air ke laut turut berperan dalam kerusakan Kali Lamong.(ipg)
sumber: suarasurabaya.net