JAKARTA: Kementerian Perhubungan (Kemenhub) diminta tidak menunda proyek-proyek kepelabuhanan di Indonesia guna mempersiapkan sistem logistik nasional guna menghadapi Asean Connectivity 2015.
Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Logistik dan Intermoda Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Anwar Sata mengatakan waktu untuk mempersiapkan pelabuhan di Indonesia dalam menghadapi Asean Connectivity 2015 sangat mepet.
Menurut dia, pembenahan pelabuhan mendesak guna menyiapkan sistem logistik yang efisien dengan biaya murah. “Biaya logistik kita tinggi, salah satunya dikontribusikan oleh tidak efisiennya pelabuhan,” katanya hari ini.
Menurut dia, dari 25 pelabuhan internasional di Indonesia, yang memilik tingkat pelayanan yang bagus baik dari sisi waktu tunggu kapal maupun bongkarmuat hanya empat pelabuhan yakni Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Makasar.
Anwar menyoroti tingkat produktivitas pelabuhan di Balikpapan, Samarinda, dan Banjarmasin yang rendah sertawaiting time (waktu tunggu) kapal yang lama di sejumlah pelabuhan seperti Belawan dan Teluk Bayur.
Ketiga pelabuhan itu (Balikpapan, Samarinda, dan Banjarmasin) tidak efektif melayani kapal general cargo yang membawa kebutuhan bahan pokok seperti semen, pupuk dan beras karena tingkat produktivitasnya hanya 300—400 ton per hari.
Selain berproduktivitas rendah, waktu tunggu kapal di pelabuhan tersebut sangat tinggi bahkan pernah mencapai hingga 2 pekan sehingga pelayaran harus merogoh koceknya guna membayar biaya demurrage sebesar Rpl5 juta per hari.
Dia menjelaskan kondisi itu menjadi salah satu penyebab sektor logistik nasional sulit bersaing bahkan kini daya saingnya semakin terpuruk. “Kondisi infrastruktur darat seperti jalan menuju pelabuhan juga buruk sehingga biaya logistik nasional semakin mahal.”(sut)
sumber: bisnis.com