01 Agustus 2008
BUMN Dilarang Sumbang Parpol
28 Juli 2008
MENCIPTAKAN PELUANG EMAS DI TANJUNG EMAS
28 Juli 2008
KEAMANAN KAPAL & PELABUHAN MENJADI PERTARUHAN
24 Juli 2008
BATULICIN DISOROT MENJADI KE HUBPORT
24 Juli 2008
TARIF NAIK, BAGAIMANA PROSPEK DIPELABUHAN
  Lihat buku tamu
  Isi buku tamu
  Jumlah pengunjung : 11522
  Pengunjung online : 1
Foto lain >>
  Corporate Secretary
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III
[email protected]
TARIF NAIK, BAGAIMANA PROSPEK DIPELABUHAN
Pemerintah memprediksi kenaikan harga BBM
Tak akan berpengaruh besar terhadap sector usaha lain.
Bagaimana kenyataan di lapangan ?

KENAIKAN harga BBM tidak akan berpengaruh besar terhadap sektor usaha lain. Itu prediksi yang dilansir pemerintah. Tetapi yang terjadi di lapangan adalah: kenaikan harga BBM secara langsung atau tak langsung, jadi pemicu mengelindingnya bola liar yang kian lama semakin terasa dampaknya.

Menghadapi kondisi seperti itu, eksportir dan importir Jawa Timur beberapa waktu lalu mendesak agar pemerintah memberi kebijakan insentif sektor perpajakan, terkait terjadinya kenaikan biaya ekspor dan impor sekitar 20-25%. Alasan utamanya: kenaikan bahan bakar minyak terbukti berdampak pada naiknya tarif pelayaan di Pelabuhan Tanjungperak, Surabaya.

Menjelang menetapan harga baru BBM, Pelindo III telah memberi sinyal akan terjadinya kenaikan tarif CHC (Container Handling Charge) sekitar 14-21% dari yang semula US $.70 per TEU’s menjadi US $.80-85 dan TEU’s. Perlu diketahui bahwa pada bulan Nopember 2005 CHC dari US$ 93,- dan cntr 20’ melalui Kepmen Perhubungan diturunkan menjadi US$ 70,-

Menjadi perhatian serius
Menurut Ketua GINSI Jatim Judy Poerwoko kondisi serius saat ini, merupakan ujian untuk tetap mampu bertahan menghadapi kondisi yang menekan perdagangan antar Negara dan persaingan global yang semakin menjadi.

Seharusnya pemerintah memikirkan kondisi yang dihadapi oleh pelaku usaha ini. Apabila para pengusaha sektor transportasi bisa menaikkan tarif, maka pelaku ekspor dan impor tak dengan mudah dapat melakukan kenaikan tarif. Sebab hal itu terkait dengan daya saing dengan pelaku perdagangan dari negera lain. Karena itulah kami berharap agar pemerintah memperlakukan kebijakan pemberian insentif kepada importir dan eksportir kata Judy Poerwoko beberapa waktu lalu.

Ketua GINSI Jatim juga mengatakan, kebijakan pemberian insentif tersebut akan membuat pelaku ekspor dan impor bertahan menjalankan roda bisnisnya. Sebab dengan tetap lancarnya usaha ekspor dan impor, akan memberi dampak positif bagi sektor usaha lainnya. Insentif yang dihadap adalah dari sektor perpajakan, diantaranya bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak barang mewah dll.


Sementara itu, pada kesempatan yang berbeda, Ketua GPEI Jatim Isdarmawan Asrikan menegaskan perlunya pemerintah memperkuat kapasitas sektor penunjang produksi, seperti perbaikan infrastruktur, pasokan gas dan listrik, dll. Ujar Isdarmawan Asrikan: Secara formal tarif angkutan memang tidak mengalami kenaikan. Tetapi fihak Organda sudah memberi tahukan akan memperkecil diskon yan sekarang berkisar 30%, nantinya maksimal hanya akan menjadi 10% saja. Belum lagi adanya kenaikan CHC dan Oil Surcharge yang diberlakukan oleh operator pelabuhan.

Sinyal Positif
Kahumas Pelindo III. Iwan Sabatini mengatakan bahwa CHC saat ini telah mencapai kesepakatan bersama baik Pelindo III dan para Asosiasi dengan mencermati perhitungan biaya operasional dan level of service yang dapat diberikan oleh Pelindo III dan TPS dan tarif diperkirakan akan naik menjadi US$ 83,- namun hal ini masih dalam perjalanan dan kajian untuk disampaikan kepada Pemerintah melalui Menteri Perhubungan untuk selanjutnya dapat dikeluarkan dalam bentuk Surat Keputusan,

Tanggapan positif antara lain datang dari GINSI Jatim seperti diungkapkan oleh Judi Poerwoko: Managemen Pelindo III sudah menjanjikan, bahwa kenaikan CHC tidak saja terkait dengan kenaikan harga BBM, tetapi juga dengan niatan melakukan investasi peralatan, yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa kepelabuhanan. Maka kenaikan CHC ini bagi GINSI masih dapat difahami, sebab konteksnya menyangkut jangka panjang yang bermuara kepada peningkatan kinerja pelabuhan.

Terjadinya efek domino yang disebabkan kenaikan harga BBM, juga berimbas kepada pelaku bisnis pelayaran dan forwarding. Beberapa pimpinan perusahaan pelayaran di Surabaya menyatakan bahwa fihaknya sedang membuat perhitungan kenaikan tarif pengapalan barang yang diperkirakan akan berkisar 20-25%. Pemicunya, selain kenaikan BBM yang berakibat langsung pada biaya operasional, juga terjadinya kenaikan harga suku cadang, biaya perawatan, tarif yang ditetapkan oleh PBM dan jasa pelayanan pelabuhan.

Keluhan juga disampaikan kalangan forwarding, seperti dikatakan Poernomo Soedewo: Persaingan bisnis forwarding semakin sengit, yang diakibatkan tak menentunya kondisi di lapangan. Kalau perusahaan bisa bertahan hidup saja, sudah untung, sebab banyak perusahaan lain yang terpaksa gulung tikar. Situasi yuang terjadi saat ini ibaratnya sebuah kue yang biasanya hanya dibagi untuk tiga orang , kini harus dibagi sepuluh. Artinya tiap orang hanya kebaikan sedikit
Kenaikan ini diharapkan dapat menjadi feedback positif bagi pelanggan, bahwa layanan yang akan diberikan Pelindo III dapat mencapai level of service yang semakin mantap dan memuaskan, dan dapat semakin memberikan kelancaran bagi kegiatan export impor

(humas Pelindo-III)
Berita lain pada bulan ini:
1.BUMN Dilarang Sumbang Parpol  (01 Agustus 08)