JAKARTA: Pengguna moda transportasi udara selama angkutan Lebaran tahun ini hanya berasal dari masyarakat menengah ke atas, sementara golongan masyarakat bawah lebih memilih kereta api dan angkutan laut.
Kondisi itu mengacu penurunan jumlah penumpang angkutan udara selama angkutan Lebaran 2008 dari masyarakat kelas menengah ke bawah.
“Penumpang dari masyarakat menengah ke atas tetap terbang selama Lebaran tahun ini tetapi menengah ke bawah beralih ke moda transportasi lain,” kata Tengku Burhanuddin, Sekjen Indonesia National Air Carriers Association (INACA), kemarin.
Selama angkutan Lebaran 2008, masyarakat menengah ke bawah memilih menggunakan moda transportasi lain, menyusul pengenaan tarif penerbangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari biasa.
Padahal,� maskapai penerbangan nasional mengenakan tarif lebih tinggi untuk mengurangi kerugian di tengah melonjaknya harga bahan bakar pesawat.
Selain itu, pengenaan tarif penerbangan lebih tinggi selama angkutan Lebaran 2008 juga untuk menutupi biaya operasional.
“Karena saat mudik Lebaran pesawat berangkat penuh penumpang tetapi waktu pulangnya kosong,” papar Burhanuddin.
Setidaknya, 150.000 penumpang pesawat selama Lebaran tahun ini yang berasal dari masyarakat menengah ke bawah beralih menggunakan moda kereta api atau kapal laut.
Asosiasi itu juga memprediksikan pendapatan maskapai nasional selama Lebaran tahun ini tak lebih baik dibandingkan dengan Lebaran 2007. Namun, INACA menyatakan maskapai nasional terbebani biaya operasional lebih besar dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu.
Menurut Burhanuddin, penurunan penumpang penerbangan selama angkutan Lebaran 2008 diperkirakan mempengaruhi total jumlah penumpang selama tahun ini.
Selama tiga bulan tersisa tahun ini, INACA memperkirakan maskapai nasional akan mengalami paceklik penumpang karena memasuki low season.
Sementara itu, BPS mencatat jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Agustus 2008 mencapai 2,79 juta orang atau turun 1,76% bandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan jumlah penumpang terjadi di Juanda-Surabaya, Soekarno-Hatta, dan Polonia-Medan masing-masing turun 4,57%, 3,36%, dan 0,96% (Hendra Wibawa/Bisnis Indonesia/Hum@s-dan)