Surabaya (beritajatim.com) – Permasalahan pipa gas milik Kodeco Energy Co Ltd melintang di alur perairan barat Surabaya (APBS) Pelabuhan Tanjung Perak yang tak kunjung usai membuat geregetan Gubernur Jatim Soekarwo.
Untuk itu, pihaknya mendesak Kodeco untuk segera memperdalam letak pipa gas yang melintang itu. Kalau tidak segera diperdalam, gubernur mengkawatirkan terjadi ledakan karena pipa bergesekan dengan badan kapal. Apalagi di dasar APBS juga tertanam jaringan listrik milik PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik Madura.
“Saat ini terjadi problem mendasar di Tanjung Perak. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat menjadi lebih lama hingga 5 hari. Padahal, biasanya sesuai standar internasional maksimal hanya 2 hari. Selain itu, pipa gas Kodeco itu terus terang ini menghambat rencana memperdalam dan memperlebar alur di pelabuhan,” kata Soekarwo ketika menerima perwakilan BP Migas dan Kodeco di kantor gubernur, Senin (12/4/2010).
Menurut dia, kondisi itu jika dibiarkan terus berlangsung, dikhawatirkan akan memperburuk citra Jatim. Yakni, bisa menghambat laju investasi masuk ke Jatim. Untuk mengatasi masalah itu, Pemprov Jatim memang berencana memperluas pelabuhan dengan memperdalam dan memperlebar APBS.
Tetapi, posisi pipa gas milik Kodeco yang melintang dari pulau Madura ke Gresik menghambat rencana tersebut. Bahkan pipa tersebut sangat menggangu alur pelayaran. Sejak dipasang sekitar dua tahun lalu, letak pipa Kodeco yang berada di APBS memang langsung diprotes banyak pihak.
Kawasan letak pipa Kodeco merupakan alur pelayaran yang setiap hari dilalui sekitar 150 kapal barang maupun kapal penumpang berskala besar yang akan keluar maupun masuk pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
“Solusinya Kodeco harus segera memperdalam letak pipanya. Ini karena saya memahami tidak mungkin memindahkan lokasi pipa karena membutuhkan biaya yang lebih besar,” imbuhnya.
Manager Produksi Lapangan Kodeco Johny Pasaribu menjelaskan, sesuai hasil pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Oktober 2009 lalu, kepada Kodeco hanya diperintahkan untuk menambah rambu-rambu tanda bahaya di atas laut di sekitar letak pipa.
Pihak Kodeco sudah memperdalaman letak pipa. Jika sebelumnya berada di dasar laut atau sekitar 10 meter dari permukaan laut, kini telah diperdalam dengan memendam tiga meter di bawah seabelt (tanah keras dasar laut), sehingga letak pipa sudah berada di kedalaman 13 meter dari atas permukaan laut.
Meski begitu, hasil rapat terakhir di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut beberapa waktu lalu, Kodeco diminta memperdalam lagi letak pipa di kedalaman 3 meter dari posisi saat ini, sehingga letak pipa nantinya berada di kedalaman 6 meter di bawah seabelt.
Johny Pasaribu mengatakan bahwa Kodeco akan segera memperdalam letak pipanya, terutama yang posisinya paling dekat dengan alur pelayaran laut. “Pendalaman akan dilakukan Mei hingga Juni 2010 mendatang. Untuk selanjutnya seluruh pipa yang melintangi selat sejauh 1.200 meter juga akan diperdalam,” tuturnya.
Untuk diketahui, pipa Kodeco dalam sehari mengalirkan 210 juta meter kubik gas. Di antaranya untuk kebutuhan PLN sebesar 113 juta meter kubik, PT Petrokimia Gresik 25 juta meter kubik, Perusahaan Gas Negara (PGN) 28 juta meter kubik, PT Media Karya Sentosa (perusahaan gas) 34 meter kubik, serta kepada salah satu BUMD di Gresik 17 juta meter kubik.[tok/ted]
sumber:beritajatim.com