Untuk mengetahui kesiapan Pelabuhan Tg Perak sebagai pelabuhan utama sebagai Terminal Operator serta hambatan yang ada, Bambang Susanto, Wakil Menteri Perhubungan pada jumat 4 Juni 2010 telah mengunjungi Pelabuhan Tg Perak. Dengan didampingi oleh Adpel Tg Perak Erwin Rosali, Direktur Operasi dan Tehnik Faris Pelindo III Faris Assagaf mengelilingi Tg Perak dengan menggunakan Kapal Cruise Artama III beserta jajaran Perhubungan Laut.
Wakamenhub saat diatas Artama III melihat peta Alur (APBS)
Menurut Iwan Sabatini, Kahumas Pelindo III, bahwa kunjungan Wamenhub itu untuk mengetahui perkembangan Pelabuhan Tg Perak dimana saat ini sudah ada Jembatan Suramadu sehingga menambah potensi wilayah bisnis di Madura termasuk kemungkinan akan dibangun pelabuhan di Madura, dengan menikmati KM Artama III Bambang Susanto dan jajaran juga melihat pelabuhan petikemas di Tg Perak, serta gambaran langsung posisi tempat rencana akan dibangunnya Terminal Teluk Lamong hingga menyelusuri Pelabuhan Gresik yang nampak kapal tongkang dengan muatan kayu Log akan bersandar di Gresik
Menjadi perhatian Wamenhub ketika mencapai Boy 7 dan 8 atau posisi Pipa Kodeco melintas alur yang banyak dikeluhkan oleh pihak pelayaran (INSA), sehingga beberapa waktu yang lalu telah terbit Surat Edaran Adpel Tg Perak Nomor HH.534/01/20/AD.SBA.09 tanggal 31 Juli 2009, disebutkan ada tiga alasan yaitu Terkait dengan Undang Undang Pelayaran No. 17/ Tahun 2008, Peraturan Bandar 1925 dan Dampak pemasangan Pipa Kodeco Co Ltd sepanjang 7 Km dan telah memotong dua kali di alur pelayaran Tg Perak, sehingga Adpel Tg Perak merekomendasikan draft maksimal kapal yang dapat melintas Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) adalah -7 meter pada saat air surut terendah, juga melarang kapal-kapal yang akan menunggu dan tambat di DUKS Maspion, Smelthing, Petrokimia Gresik tidak dapat berlabuh/ membuang jangkar disekitar Buoy 8 s/d Buoy 13, karena pipa gas sepanjang 7 Km hanya digelar saja tanpa ditanam, sehingga area berlabuh kapal semua harus dipindahkan disekitar Karang Jamuan yang berjarak 12 mil dari Buoy 13.
Posisi Bouy 8
Pernah disampaikan oleh Bambang Susanto, Wamenhub ketika di Makasar pada awal tahun 2010 bahwa wilayah Indonesia terbesar adalah perairan sehingga potensi kelautan, bisnis sektor laut serta pasar Domestik potensi yang sangat besar, dan transportasi laut menjadi “unggulan” dan harapan yang besar, secara makro Indonesia termasuk Negara berkembang yang mampu menahan goncangan resesi karena potensi Domestik yang tak akan lekang / hilang, untuk itu diperlukan peningkatan infrastruktur yang tangguh dalam 5 tahun mendatang yaitu dengan harapan capaian GDP naik sebesar 7%, meski dari data survey Indonesia masuk ranking 104 dari 134 negara yang akibat masih banyak kendala-kendala didalam pergerakan logistic, dan diantaranya besaran Logistic Cost mencapai 30%, sehingga membuat daya saing menjadi lemah, beberapa sarana infrastruktur Pelabuhan yang perlu dibenahi sehingga “berthing time” kapal dapat lebih diperkecil, juga image keamanan dan keselamatan di laut agar dapat mampu menjadi Zero Accident.
Menurut Iwan Sabatini, mengutip paparan tersebut bahwa arus logistic di Indonesia 60% adalah di Jawa dan 20% di Sumatra dan sisanya adalah wilayah Indonesia Timur. Sehingga kedepan perlu ditingkatkan peranan pebisnis untuk bersama menggali potensi wilayah Timur, dan ini semua merupakan tantangan insan perhubungan laut, Diharapkan pipa gas Kodeco dapat segera dipindah sebab bila dipendam maka pada saat dikeruk hingga -14LWS maka akan tetap membahayakan, apalagi kapal-kapal yang melintas Tg Perak semakin meningkat.
(Humas.Pelindo III)